Mata Kuliah : Kapita Selekta
Tanggal : 14-09-2010
Jurnalisme investigatif disebut Santana (2003) sebagai sebuah faham yang sudah lama muncul di Amerika Serikat pada abad ke-17. Genre ini merasuki media massa di Indonesia kala Orde Baru. Media massa cetak yang pertama kali menggunakannya adalah Harian Indonesia Raya, di bawah asuhan Mochtar Lubis. Kondisi politik dan ekonomi suatu negara amat sangat mempengaruhi kemunculan dan pertumbuhan jurnalisme investigasi. Secara garis besar, jurnalisme investigatif adalah sebuah metode peliputan untuk menyibak kebenaran kasus atau peristiwa. Wartawan investigasi dituntut agar mampu melihat celah pelanggaran, menelusurinya dengan energi reportase yang besar, membuat hipotesis, menganalisis, dan pada akhirnya menuliskan laporannya.
Jurnalisme investigasi ada ketika terjadi penyimpangan dalam suatu tatanan masyarakat. Pers punya peranan sangat penting untuk dapat menginformasikan peristiwa yang menyimpang itu. Tidak berhenti sampai titik ini, pers juga bisa melangkah jauh mengusut kesalahan, menemukan kebenaran, dan mengadakan perubahan. Arismunandar (2008) mengatakan bahwa secara sederhana, peliputan investigatif adalah praktik jurnalisme, yang menggunakan metode investigasi dalam mencari informasi. Karakter dari berita investigatif adalah: (1) merupakan produk kerja asli jurnalis bersangkutan, bukan hasil investigasi dari sebuah instansi pemerintah atau nonpemerintah; (2) mengandung informasi yang tidak akan terungkap tanpa usaha si jurnalis; dan (3) berkaitan dengan kepentingan publik. Mengutip Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Arismunandar menyebut setidaknya ada tiga bentuk jurnalisme investigatif yang bisa kita bedakan. Yaitu: pelaporan investigatif orisinal, pelaporan investigatif interpretatif, dan pelaporan terhadap investigasi.
Perbedaan antara investigasi dengan berita lainnya yaitu fakta baru yang belum tentu terungkap lalu akan diungkap oleh jurnalistik, orisinil, dan penyalahgunaan kekuasaan sedangkan investigasi biasa, dari fakta yang ada. Jurnalisme investigasi untuk bangkitnya tradisi penggalian berita yang kini terancam lenyap.
Jurnalisme investigasi diperlukan karena mengupas berita secara lebih dalam dan detail, awet dan mencerahkan berita yang ada.
Sumber : www.google.com
Praktek jurnalisme investigasi pada dasarnya mengubah sikap dengan cara :
-Selalu berpikir besar
-Gigih menggali berita
-Tidak mudah menyerah pada hambatan (waktu, dokumen, dana, ancaman)
-Mengembangkan hukum dengan narasumber.
Artikel investigasi adalah :
-Hasil penelusuran (berita dibalik berita).
-Mengungkap masah sistematik, bukan berita lepas.
-Bermaksud memperbaiki hal-hal yang keliru.
-Menjelaskan masalah sosial yang kompleks.
Ruang lingkup jurnalisme investigasi yaitu :
-Tidak selalu membahas tentang korupsi, masalah kesaharianpun bisa mnejadi topik alternatif.
-Perebutan harta Bambang Trihatmodjo.
-Aksi penculikan Marcella-Ananda Mikola.
-Nasib bocah loper koran di pinggir jalan.
Kesulitan dan hambatan jurnalisme invstigasi, yaitu :
-Keterbatasan waktu, dana dan sumber info.
-Keraguan para editor.
-Tantangan dari perusahaan tempat bekerja.
-Kasus white collar crime kurang menjadi perhatian publik daripada kasus politik.
-Ancaman keselamatan.
Sumber : www.google.com
Dari perencaan hingga penulisan jurnalisme investigasi, yaitu :
-Siapkan usulan dan bahas topik.
-Jika diperlukan, gunakan tim khusus.
-Buat online sementara tulisandan susun penugasan reportase.
-Melakukan riset (google, FB, pembelian data).
-Reportase dan wawancara narasumber.
-Check&richek semua data dan informasi.
-Konfirmasi untuh dari pihak tertuduh.
-Melakukan penulisan.
Perencanaan :
-Pilih topik yang menarik minat publik dan mempunyai magnitude yang kuat.
-Mulailah bekerja dengan data atau informasi sekecil apapun.
-Gali informasi awal sebanyak mungkin, identifikasi masalah dan peta persoalan, tetapkan angle yang tajam,
-Jangan lupakan riset karena riset merupakan kunci menuju pintu berikutnya.
-Buat daftar dokumen yang ada dan akan dicari dan buat daftar sumber yang bisa dimintai informasi hingga konfirmasi.
Reportase :
-Ada 3 sumber informasi yaitu observasi, dokumen dan wawancara (on the record/off the record).
-Raih kepercayaan narasumber (empati merupakan kunci yang penting), jangan mudah percaya pada orang lain.
-Skeptis yaitu tidak mudah percaya pada narasumber. Jangan remehkan narasumber, kejar terus anarasumber, kenali kebiasaan dan segala yang melekat yang ada pada narasumber. Jika tidak mendapatkan konfirmasi, minimal deskripsikan upayah pencarian.
-Bersahabat dengan data dan informasi. Jangan tersesat, follow the money.
Penulisan :
-Setia pada angle.
-Jangan tertimbun dan tersesat.
-Selalu menguji kesimpulan dan diuji kembali dengan fakta yang ada.
Tulis berita dengan gaya yang deskriptif.
Sumber : www.google.com
Investigasi 2 sisi :
-Fokus pada peliputan investigasi, selain itu harus menyelidiki mengapa narasumber membongkar masalah tersebut kepada khalayak umum.
-Kasus Vicentius hanya untuk balas dendam atau hadiah imbalan.
-Meminta pertimbangan pimpinan redaksi.
Jurnalisme investigasi mengupayahkan perlindungan narasumber semaksimal mungkin. Cara membangun aliansi dalam jurnalisme investigasi yaitu dengn meloby tokoh-tokoh kunci di pemerintahan media massa, mentoring lembaga-lembaga pemerintahan, bangun aliansi dengan media lain.
Sumber : www.google.com
Daftar Pustaka :
1. Ringkasan mata kuliah kapita selekta tgl 14-09-2010
2. www.google.com