Senin, 27 September 2010

Peliputan Investigasi dan Jurnalisme Investigasi

Dosen : Bapak Nezar Patria
Mata Kuliah : Kapita Selekta
Tanggal : 14-09-2010

Jurnalisme investigatif disebut Santana (2003) sebagai sebuah faham yang sudah lama muncul di Amerika Serikat pada abad ke-17. Genre ini merasuki media massa di Indonesia kala Orde Baru. Media massa cetak yang pertama kali menggunakannya adalah Harian Indonesia Raya, di bawah asuhan Mochtar Lubis. Kondisi politik dan ekonomi suatu negara amat sangat mempengaruhi kemunculan dan pertumbuhan jurnalisme investigasi. Secara garis besar, jurnalisme investigatif adalah sebuah metode peliputan untuk menyibak kebenaran kasus atau peristiwa. Wartawan investigasi dituntut agar mampu melihat celah pelanggaran, menelusurinya dengan energi reportase yang besar, membuat hipotesis, menganalisis, dan pada akhirnya menuliskan laporannya.

Jurnalisme investigasi ada ketika terjadi penyimpangan dalam suatu tatanan masyarakat. Pers punya peranan sangat penting untuk dapat menginformasikan peristiwa yang menyimpang itu. Tidak berhenti sampai titik ini, pers juga bisa melangkah jauh mengusut kesalahan, menemukan kebenaran, dan mengadakan perubahan. Arismunandar (2008) mengatakan bahwa secara sederhana, peliputan investigatif adalah praktik jurnalisme, yang menggunakan metode investigasi dalam mencari informasi. Karakter dari berita investigatif adalah: (1) merupakan produk kerja asli jurnalis bersangkutan, bukan hasil investigasi dari sebuah instansi pemerintah atau nonpemerintah; (2) mengandung informasi yang tidak akan terungkap tanpa usaha si jurnalis; dan (3) berkaitan dengan kepentingan publik. Mengutip Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Arismunandar menyebut setidaknya ada tiga bentuk jurnalisme investigatif yang bisa kita bedakan. Yaitu: pelaporan investigatif orisinal, pelaporan investigatif interpretatif, dan pelaporan terhadap investigasi.

Perbedaan antara investigasi dengan berita lainnya yaitu fakta baru yang belum tentu terungkap lalu akan diungkap oleh jurnalistik, orisinil, dan penyalahgunaan kekuasaan sedangkan investigasi biasa, dari fakta yang ada. Jurnalisme investigasi untuk bangkitnya tradisi penggalian berita yang kini terancam lenyap.
Jurnalisme investigasi diperlukan karena mengupas berita secara lebih dalam dan detail, awet dan mencerahkan berita yang ada.

Sumber : www.google.com

Praktek jurnalisme investigasi pada dasarnya mengubah sikap dengan cara :
-Selalu berpikir besar
-Gigih menggali berita
-Tidak mudah menyerah pada hambatan (waktu, dokumen, dana, ancaman)
-Mengembangkan hukum dengan narasumber.

Artikel investigasi adalah :
-Hasil penelusuran (berita dibalik berita).
-Mengungkap masah sistematik, bukan berita lepas.
-Bermaksud memperbaiki hal-hal yang keliru.
-Menjelaskan masalah sosial yang kompleks.

Ruang lingkup jurnalisme investigasi yaitu :
-Tidak selalu membahas tentang korupsi, masalah kesaharianpun bisa mnejadi topik alternatif.
-Perebutan harta Bambang Trihatmodjo.
-Aksi penculikan Marcella-Ananda Mikola.
-Nasib bocah loper koran di pinggir jalan.

Kesulitan dan hambatan jurnalisme invstigasi, yaitu :
-Keterbatasan waktu, dana dan sumber info.
-Keraguan para editor.
-Tantangan dari perusahaan tempat bekerja.
-Kasus white collar crime kurang menjadi perhatian publik daripada kasus politik.
-Ancaman keselamatan.

 Sumber : www.google.com

Dari perencaan hingga penulisan jurnalisme investigasi, yaitu :
-Siapkan usulan dan bahas topik.
-Jika diperlukan, gunakan tim khusus.
-Buat online sementara tulisandan susun penugasan reportase.
-Melakukan riset (google, FB, pembelian data).
-Reportase dan wawancara narasumber.
-Check&richek semua data dan informasi.
-Konfirmasi untuh dari pihak tertuduh.
-Melakukan penulisan.

Perencanaan :
-Pilih topik yang menarik minat publik dan mempunyai magnitude yang kuat.
-Mulailah bekerja dengan data atau informasi sekecil apapun.
-Gali informasi awal sebanyak mungkin, identifikasi masalah dan peta persoalan, tetapkan angle yang tajam,
-Jangan lupakan riset karena riset merupakan kunci menuju pintu berikutnya.
-Buat daftar dokumen yang ada dan akan dicari dan buat daftar sumber yang bisa dimintai informasi hingga konfirmasi.

Reportase :
-Ada 3 sumber informasi yaitu observasi, dokumen dan wawancara (on the record/off the record).
-Raih kepercayaan narasumber (empati merupakan kunci yang penting), jangan mudah percaya pada orang lain.
-Skeptis yaitu tidak mudah percaya pada narasumber. Jangan remehkan narasumber, kejar terus anarasumber, kenali kebiasaan dan segala yang melekat yang ada pada narasumber. Jika tidak mendapatkan konfirmasi, minimal deskripsikan upayah pencarian.
-Bersahabat dengan data dan informasi. Jangan tersesat, follow the money.

Penulisan :
-Setia pada angle.
-Jangan tertimbun dan tersesat.
-Selalu menguji kesimpulan dan diuji kembali dengan fakta yang ada.
Tulis berita dengan gaya yang deskriptif.

 Sumber : www.google.com

Investigasi 2 sisi :
-Fokus pada peliputan investigasi, selain itu harus menyelidiki mengapa narasumber membongkar masalah tersebut kepada khalayak umum.
-Kasus Vicentius hanya untuk balas dendam atau hadiah imbalan.
-Meminta pertimbangan pimpinan redaksi.

Jurnalisme investigasi mengupayahkan perlindungan narasumber semaksimal mungkin. Cara membangun aliansi dalam jurnalisme investigasi yaitu dengn meloby tokoh-tokoh kunci di pemerintahan media massa, mentoring lembaga-lembaga pemerintahan, bangun aliansi dengan media lain.

Sumber : www.google.com

Daftar Pustaka :
1. Ringkasan mata kuliah kapita selekta tgl 14-09-2010
2. www.google.com

Senin, 13 September 2010

Semiotik

Dosen : Bapak Kurnia Setiawan, S.Sn, M.Hum
Mata Kuliah : Kapita Selekta
Tanggal : 07-09-2010

Pengertian Semiotik
Semiotik adalah istilah yang berasal dari kata yunani seme; semeiotikos; semeion; penafsiran tanda yang berarti 'tanda' 'sign' dalam bahasa inggris. Jadi semiotik adalah ilmu tentang bahasa, sedangkan semiology adalah ilmu tentang tanda.

 
Sumber : www.google.com

Sejarah Semiotik
1. Plato
merupakan orang yang pertama kali memulai asal muasal bahasa.
2. Aristoteles
merupakan orang yang mengklasifikasi asal muasal kata dari bahasa yunani. aristoteles mengatakan bahwa ada perbedaan dasar anatara tanda alamai/natural dan tanda yang disepakati/kontroversial. Contoh tanda alami yaitu fenomena alam, jika mendung berarti tandanya akan mau hujan.
contoh tanda yaitu symptom atau gejala itu didiagnosis. Misalnya : sakit flu maka gejala yang ditimbulkan adalah seperti hidung mampet, bersin-bersin, dll.
3. Agustinus
merupakan filosof kristiani yang mengembangkan teori tentang signa data (tanda konvensional). Ia mempelajari mengenai hubungan kata fisik dan kata mental. Contoh kata fisik yaitu buku, pensil, penggaris, dll. Contoh kata mental yaitu pencuri, polisi, dll.
4. Ockham
merupakan orang yang mempelajari tanda berdasarkan sifatnya yaitu bersifat pribadi dan bersifat publik.
5. John Locke
merupakan orang yang melihat eksplorasi tentang tanda akan mengarah pada terbentuknya basis logika baru.
6. Saussure
merupakan orang yang mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas 2 sisi (dyad). Sisi yang pertama disebut penanda (signifier), sisi yang kedua adalah pertanda (signified). Ia mengkaji bahasa berdasarkan linguistik secara sinkronik bukan diakronik. Sinkronik yaitu aspek-aspek yang relevan dengan masalah yang dikaji sedangkan diakronik yaitu tinjauan ke dalam. Tanda linguistik bersifat arbitrer. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah ide atau petanda. Penanda itu adalah bentu atau wujud fisik yang menyimbolkan sendangkan pertanda adalah makna yang terungkap melalui konsep. Semiotik signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Contoh : ketika orang menyebut kata "anjing" (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified)
7. Peirce
merupakan orang yang membentuk tanda oleh 3 sisi yaitu representament (tanda), objek (sesuatu yang dirujuk oleh tanda), interpretant (sesuatu yang ditimbulkan atau hasil). Tanda adalah sesuatu yang berebentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk atau menginterpretasikan hal lain diluar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol yaitu tanda yang muncul dari kesepakatan, ikon yaitu tanda yang muncul dari perwakilan fisik, dan indeks yaitu tanda yng muncul dari hubungan sebab akibat. Sedangkan acuan dari tanda ini disebut objek atau acuan tanda, yaitu konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran orang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses ini adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Contoh: Saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedang mengomunikasi mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian.
8. Barthes
merupakan orang yang melihat segala sesuatau teks "teks dalam konteks", "objek dalam budaya". Barthes membagi 2 konteks yaitu denotatif dan konotatif. Denotatif adalah makna harafiah, sedangkan konotatif adalah makna tafsiran. Barthes adalah penerus pemikiran Saussure bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Ia meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi anatara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Contoh : pohon beringin yang rindang dan lebat akan menimbulkan konotasi keramat karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi keramat ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi.
9. Eco
merupakan orang dari Italia yang mempelajari bahwa tanda dapat digunakan untuk menyatakan kebenaran sekaligus juga untuk mengatakan kebohongan. Eco ingin memusatkan perhatian pada modifikasi sistem tanda. Ia kemudian mengubah konsep tanda menjadi konsep fungsi tanda. Eco menarik kesimpulan bahwa satu tanda pertemuan bagi unsusr-unsur independen yang berasal dari 2 sistem yang berbeda 2 tingkat yang berbeda yaitu ungkapan dan isi, dan bertemu atas dasar ungkapan pengkodean. Tanpa kode, suara-suara atau grafis tidak memiliki arti apapun, dan dalam pengertian yang paling radikal tidak berfungsi secara linguistik.

Ada 3 konsep dasar semiotik, yaitu :
1. Semiotik Pragmatik
menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikannya, dalam batas perilaku subjek.
2. Semiotik Sintaktik
menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan maknanya ataupun hubungannya terhadap perilaku subjek. semiotik sematik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subjek yang menginterpretasikannya.
3. Semiotik Sematik
menguraikan tantang pengertian suatu tanda sesuai dengan arti yang disampaikan.

Sumber : www.google.com

Video Semiotik
Sumber : www.youtube.com

Daftar Pustaka :
1. Ringkasan mata kuliah kapita selekta tanggal 07-09-2010
2. www.google.com
3. www.youtube.com

Minggu, 05 September 2010

Media, Perempuan dan Keberagaman

Dosen : Bapak Ahmad Junaidi
Mata Kuliah : Kapita Selekta
Tanggal : 31-08-2010

Perbedaan gender dalam media massa terjadi karena adanya konstruksi sosial. Gender adalah pembagian peran kedudukan, tugas antara laki-laki dan perempuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan sifat laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan konstruksi sosial adalah pembentukan realitas sosial dalam masyarakat. Konstruksi sosial media massa terbentuk melalui 4 tahap yaitu tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran konstruksi, tahap pembentukan konstruksi dan tahap konfirmasi(Bungin,2008,288). Realitas yang dikonstruksikan oleh media massa dapat dilakukan oleh 2 model yaitu model peta analog dan model refleksi realitas(Bungin,2008,212). Model peta analog adalah model dimana realitas sosial dikonstruksi oleh media berdasarkan analogi sebagaimana suatu realitas itu terjadi secara rasional. Sedangkan model refleksi realitas adalah model yg merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi dengan merefleksikan suatu kehidupan yang pernah terjadi di dalam masyarakat(Bungin,2008,212-214).

 sumber : www.google.com

Contoh konstrusi sosial yang ada dalam masyarakat yaitu perempuan yang baik itu harus lemah lembut, tidak boleh nakal, dll. Hal itu merupakan salah satu faktor yang menetukan gender seseorang (perbedaan antara laki-laki dan perempuan), ini tercermin dalam media massa. Konstruksi sosial terjadi karena pengaruh pendidikan keluarga, lingkungan, pergaulan sehari-hari, dll. Semanjak adanya kebebasan media massa maka akan keluarlah kebudayaan-kebudayaan yang masih menganggap bahwa perempuan itu lemah dan masih dibawah laki-laki. Media massa menjadi tidak terkontrol dan terkendali tentang apa yang seharusnya boleh diberitakan dan apa yang sebaiknya tidak boleh diberitakan. Di media massa tidak ada yang objektif tetapi "memihak", baik itu memihak kepada korban dalam pemberitaan maupun memihak kepada orang atau perempuan yang lemah. Media massa seharusnya bersifat objektif tetapi dalam kenyataanya banyak penulisan berita maupun iklan yang menyertakan pandangan-pandangan subjektif dari wartawan, pemimpin redaksi maupun copywriter dari berita atau iklan tersebut.


sumber : www.google.com

Perbedaan gender yang terjadi dalam berita di media massa dikarenakan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi yaitu jumlah pekerja perempuan di media massa masih lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah pekerja laki-laki yang ada. Yang kedua, pengaruh pemilik atau pemodal media massa yang beranggapan bahwa berita yang laku dijual atau yang menarik adalah berita yang menyangkut perbedaan gender. Yang ketiga, pandangan atau stereotype yang dimiliki oleh wartawan atau pemimpin redaksi dalam menulis berita. Para wartawan, pemimpin redaksi ataupun copywriter beranggapan bahwa berita dan iklan yang besar dengan pencitraan yang kuat akan lebih besar pengaruhnya kepada pembaca maupun pemirsa. Apalagi kalau pencitraan itu dilakukan melalui konstruksi realitas sosial, walaupun realitas itu sifatnya semu.

 Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu gambaran dari para pengiklan. Contohnya : seorang perempuan yang ideal itu harus cantik, putih, rambut lurus panjang, gigi rata, dll. Yang kedua, media massa banyak menggunakan bahasa atau kosa kata diksit. Contohnya : laki-laki itu menggagahi pacarnya. Dalam konstruksi sosial, bahasa merupakan instrumen pokok untuk menciptakan realitas. Bahasa merupakan unsur yang utama, bahasa juga merupakan alat konseptualisasi dan alat narasi. Cara media massa mempengaruhi bahasa dan makna antara lain yaitu dengan mengembangkan makna-makna baku beserta makna asosiasinya, memperluas makna dan istilah-istilah yang ada, mengganti makna lama serta istilah dengan makna yang baru serta memantapkan konvensi yang telah ada dalam suatu sistem bahasa. Pilihan kata dan cara penentuan realitas menentukan bentuk konstruksi realitas sekaligus menentukan makna yang muncul.

sumber : www.google.com

 Pada beberapa iklan yang menonjol dalam pencitraan, diperoleh beberapa penggunaan pencitraan perempuan dalam iklan di televisi. Contohnya saja citra piggan yaitu perempuan tidak bisa melepaskan diri dari dapur karena dapur adalah dunia perempuan(Bungin,2008,221). Hal ini terdapat dalam iklan indomie dan iklan salam mie. Selain itu, pencitraan perempuan dengan memberi kesan bahwa perempuan memiliki citra pergaulan. Citra ini ditandai dengan pergaulan perempuan untuk masuk ke dalam kelas-kelas tertentu yang lebih tinggi di masyarakatnya(Bungin,2008,221). Perempuan dilambangkan sebagai makhluk yang anggun dan menawan seperti yang diperlihatkan dalam iklan sabun lux dan iklan pond's. Dimana perempuan yang mengiklankan produk pond's tersebut adalah perempuan yang mempunyai wajah putih, mulus dan bersih.

 sumber : www.google.com

Contoh video iklan yang menunjukan perbadaan gender melalui media massa : 

sumber : www.youtube.com

Ini adalah video iklan blue band, dimana yang memasak adalah seorang ibu dengan anak perempuannya. Dengan begitu terlihat jelas jika pandangan bahwa perempuan itu selalu berurusan dengan yang namanya dapur masih ada karena konstruksi sosial yang selalu dibuat oleh media massa.

Kesimpulannya yaitu media adalah salah satu instrumen utama dalam membentuk konstruksi gender pada masyarakat. Media yang memiliki karakteristik dengan jangkauan yang luas akan menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan konstruksi gender kepada masyarakat.

Daftar Pustaka
1. Ringkasan mata kuliah kapita selekta tanggal 31-08-2010
2. Bungin, Burhan.2008.Sosiologi Komunikasi.Jakarta.Kencana Group
3. www.google.com
4. www.youtube.com