Minggu, 05 September 2010

Media, Perempuan dan Keberagaman

Dosen : Bapak Ahmad Junaidi
Mata Kuliah : Kapita Selekta
Tanggal : 31-08-2010

Perbedaan gender dalam media massa terjadi karena adanya konstruksi sosial. Gender adalah pembagian peran kedudukan, tugas antara laki-laki dan perempuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan sifat laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan konstruksi sosial adalah pembentukan realitas sosial dalam masyarakat. Konstruksi sosial media massa terbentuk melalui 4 tahap yaitu tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran konstruksi, tahap pembentukan konstruksi dan tahap konfirmasi(Bungin,2008,288). Realitas yang dikonstruksikan oleh media massa dapat dilakukan oleh 2 model yaitu model peta analog dan model refleksi realitas(Bungin,2008,212). Model peta analog adalah model dimana realitas sosial dikonstruksi oleh media berdasarkan analogi sebagaimana suatu realitas itu terjadi secara rasional. Sedangkan model refleksi realitas adalah model yg merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi dengan merefleksikan suatu kehidupan yang pernah terjadi di dalam masyarakat(Bungin,2008,212-214).

 sumber : www.google.com

Contoh konstrusi sosial yang ada dalam masyarakat yaitu perempuan yang baik itu harus lemah lembut, tidak boleh nakal, dll. Hal itu merupakan salah satu faktor yang menetukan gender seseorang (perbedaan antara laki-laki dan perempuan), ini tercermin dalam media massa. Konstruksi sosial terjadi karena pengaruh pendidikan keluarga, lingkungan, pergaulan sehari-hari, dll. Semanjak adanya kebebasan media massa maka akan keluarlah kebudayaan-kebudayaan yang masih menganggap bahwa perempuan itu lemah dan masih dibawah laki-laki. Media massa menjadi tidak terkontrol dan terkendali tentang apa yang seharusnya boleh diberitakan dan apa yang sebaiknya tidak boleh diberitakan. Di media massa tidak ada yang objektif tetapi "memihak", baik itu memihak kepada korban dalam pemberitaan maupun memihak kepada orang atau perempuan yang lemah. Media massa seharusnya bersifat objektif tetapi dalam kenyataanya banyak penulisan berita maupun iklan yang menyertakan pandangan-pandangan subjektif dari wartawan, pemimpin redaksi maupun copywriter dari berita atau iklan tersebut.


sumber : www.google.com

Perbedaan gender yang terjadi dalam berita di media massa dikarenakan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi yaitu jumlah pekerja perempuan di media massa masih lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah pekerja laki-laki yang ada. Yang kedua, pengaruh pemilik atau pemodal media massa yang beranggapan bahwa berita yang laku dijual atau yang menarik adalah berita yang menyangkut perbedaan gender. Yang ketiga, pandangan atau stereotype yang dimiliki oleh wartawan atau pemimpin redaksi dalam menulis berita. Para wartawan, pemimpin redaksi ataupun copywriter beranggapan bahwa berita dan iklan yang besar dengan pencitraan yang kuat akan lebih besar pengaruhnya kepada pembaca maupun pemirsa. Apalagi kalau pencitraan itu dilakukan melalui konstruksi realitas sosial, walaupun realitas itu sifatnya semu.

 Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu gambaran dari para pengiklan. Contohnya : seorang perempuan yang ideal itu harus cantik, putih, rambut lurus panjang, gigi rata, dll. Yang kedua, media massa banyak menggunakan bahasa atau kosa kata diksit. Contohnya : laki-laki itu menggagahi pacarnya. Dalam konstruksi sosial, bahasa merupakan instrumen pokok untuk menciptakan realitas. Bahasa merupakan unsur yang utama, bahasa juga merupakan alat konseptualisasi dan alat narasi. Cara media massa mempengaruhi bahasa dan makna antara lain yaitu dengan mengembangkan makna-makna baku beserta makna asosiasinya, memperluas makna dan istilah-istilah yang ada, mengganti makna lama serta istilah dengan makna yang baru serta memantapkan konvensi yang telah ada dalam suatu sistem bahasa. Pilihan kata dan cara penentuan realitas menentukan bentuk konstruksi realitas sekaligus menentukan makna yang muncul.

sumber : www.google.com

 Pada beberapa iklan yang menonjol dalam pencitraan, diperoleh beberapa penggunaan pencitraan perempuan dalam iklan di televisi. Contohnya saja citra piggan yaitu perempuan tidak bisa melepaskan diri dari dapur karena dapur adalah dunia perempuan(Bungin,2008,221). Hal ini terdapat dalam iklan indomie dan iklan salam mie. Selain itu, pencitraan perempuan dengan memberi kesan bahwa perempuan memiliki citra pergaulan. Citra ini ditandai dengan pergaulan perempuan untuk masuk ke dalam kelas-kelas tertentu yang lebih tinggi di masyarakatnya(Bungin,2008,221). Perempuan dilambangkan sebagai makhluk yang anggun dan menawan seperti yang diperlihatkan dalam iklan sabun lux dan iklan pond's. Dimana perempuan yang mengiklankan produk pond's tersebut adalah perempuan yang mempunyai wajah putih, mulus dan bersih.

 sumber : www.google.com

Contoh video iklan yang menunjukan perbadaan gender melalui media massa : 

sumber : www.youtube.com

Ini adalah video iklan blue band, dimana yang memasak adalah seorang ibu dengan anak perempuannya. Dengan begitu terlihat jelas jika pandangan bahwa perempuan itu selalu berurusan dengan yang namanya dapur masih ada karena konstruksi sosial yang selalu dibuat oleh media massa.

Kesimpulannya yaitu media adalah salah satu instrumen utama dalam membentuk konstruksi gender pada masyarakat. Media yang memiliki karakteristik dengan jangkauan yang luas akan menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan konstruksi gender kepada masyarakat.

Daftar Pustaka
1. Ringkasan mata kuliah kapita selekta tanggal 31-08-2010
2. Bungin, Burhan.2008.Sosiologi Komunikasi.Jakarta.Kencana Group
3. www.google.com
4. www.youtube.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar